Masih ingat dengan seorang sahabat Nabi yang tak dapat melihat? Yang
karenanya Allah lalu menegur Nabi dan menurunkan surat “A’basa”
- Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
- karena telah datang seorang buta kepadanya.
- tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
- atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi
manfaat kepadanya?
- Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
- Maka kamu melayaninya.
- Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri
(beriman).
- dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk
mendapatkan pengajaran),
- sedang ia takut kepada (Allah),
- Maka kamu mengabaikannya.
- sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu
adalah suatu peringatan,Walaupun harus meraba-raba, untuk ke masjid
Beliau adalah Abdullah bin Ummi Maktum ra, Seorang sosok sahabat
yang senantiasa tawadlhu dalam menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah.
Suatu ketika sahabat Nabi ini menghampiri baginda
Rasulullah Saw, ia hendak meminta izin, untuk tidak mengikuti jamaah subuh,
karena tak ada yang menuntunnya menuju masjid. Setelah mendengar alasannya,
baginda Rasul bertanya,“Apakah engkau mendengar adzan?”, Abdullah lantas
menjawab,“Tentu baginda,” “Kalau begitu tidak ada keringanan untukmu”, tandas
Rasul.
Layaknya hamba Allah yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan
perintahNya. Abdullah lalu melaksanakan atas apa yang diperintahkan
Rasulullah Saw. Dengan mantap ia berikrar untuk mendirikan jamaah subuh di
masjid, sekalipun dirinya harus meraba-raba dengan tongkat untuk menuju
sumber adzan.
Keesokan harinya, tatkala fajar menjelang dan adzan mulai berkumandang,
Abdullah bin Ummi Maktum bergegas memenuhi panggilan Illahi. Tak lama ketika
ia mengayunkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba ia tersandung
sebuah batu, badannya lalu tersungkur jatuh, dan sebagian ongkahan batu itu
tepat mengenai wajahnya, dengan seketika darahpun mengalir dari mukanya yang
mulia.
Dengan cepat Abdullah kembali bangkit, sembari mengusap darah yang
membasahi wajahnya, iapun dengan mantap akan kembali melanjutkan perjalanan
menuju masjid.
Selang beberapa saat, datang seorang sosok lelaki tak dikenal
menghampirinya, kemudian lelaki itu bertanya,“Paman hendak pergi kemana?”
“Saya ingin memenuhi panggilan Ilahi” jawab Abdullah tenang. Lalu laki-laki
asing itu menawarkan jasanya,
“Saya akan antarkan paman ke masjid, lalu nanti kembali pulang ke rumah.”
Lelaki itupun segera menuntun Abdullah menuju masjid, dan kemudian
mengantarkannya kembali pulang.
Hal ini ternyata tidak hanya sekali dilakukan lelaki asing itu, tiap hari
ia selalu menuntun Abdullah ke masjid dan kemudian mengantarkannya kembali ke
rumah. Tentu saja Abdullah bin Ummi Maktum sangat gembira, karena ada orang
yang dengan baik hati mengantarnya salat berjamaah, bahkan tanpa mengharapkan
imbalan apapun.
Hingga tibalah suatu saat, ia ingin tahu siapa nama lelaki yang selalu
mengantarnya. Ia lalu menanyakan nama lelaki budiman itu. Namun spontan
lelaki asing itu menjawab,“Apa yang paman inginkan dari namaku?,” “Saya ingin
berdoa kepada Allah, atas kebajikan yang selama ini engkau lakukan,” jawab
Abdullah. “Tidak usah” tegas lelaki itu. “Paman tidak perlu berdoa untuk
meringankan penderitaanku, dan jangan sekali-kali paman menanyai namaku”
tegasnya. Abdullah terhentak dan terkejut atas jawaban lelaki itu, Iapun
kemudian bersumpah atas nama Allah, meminta lelaki itu untuk tidak menemuinya
lagi, sampai ia tahu betul siapa dan mengapa ia terus memandunya menuju
masjid dan tidak mengharapkan balasan apapun.
Makam Abdullah bin Ummi Maktum
Mendengar sumpah Abdullah, laki-laki itu kemudian berpikir panjang, ia
kemudian berkata,“Baiklah akan aku katakan siapa diriku sebenarnya. “Aku
adalah Iblis” jawabnya. Abdullah tersentak tak percaya, “Bagaimana mungkin
engkau menuntunku ke masjid, sedangkan dirimu menghalangi manusia untuk
mengerjakan salat?” Iblis itu kemudian menjawab,“Engkau masih ingat ketika
dulu hendak melaksanak salat subuh berjamaah, dirimu tersandung batu, lalu
bongkahannya melukai wajahmu?.”
“Iya, aku ingat” jawab Abdullah. “Pada saat itu aku mendengar ucapan
Malaikat, bahwasannya Allah telah mengampuni setengah dari dosamu, aku takut
kalau engkau tersandung untuk kedua kali, lalu Allah menghapuskan setengah
dosamu yang lain” jelas Iblis. “Oleh karena itu aku selalu menuntunmu ke masjid
dan mengantarkanmu pulang, khawatir jika engkau kembali ceroboh lagi ketika
berangkat ke masjid”
Astaghfirullah, ternyata Iblis tak pernah rela sedikitpun melihat hamba
Allah menjadi ahli ibadah. Terbukti semua cara ia tempuh, hingga ia tak segan
untuk menggunakan topeng kebaikan, khawatir kalau mangsanya akan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda.
|
0 komentar:
Posting Komentar