Pages

Senin, 29 Juli 2013

Bilal Bin Rabah

  Bilal bin Rabah adalah seorang budak yang berasal dari Habasyah (sekarang disebut Ethiopia). Bilal dilahirkan di daerah Sarah kira-kira 34 tahun sebelum hijrah dari seorang ayah yang dikenal dengan panggilan Rabah. Sedangkan ibunya dikenal dengan Hamamah. Hamamah ini adalah seorang budak wanita yang berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Oleh karenanya, sebagian orang memanggilnya dengan nama Ibnu Sauda (Anaknya budak hitam).
Masa kecil Bilal dihabisakan di Mekah, sebagai putra dari seorang budak, Bilal melewatkan masa kecilnya dengan bekerja keras dan menjadi budak. Sosok Bilal digambarkan sebagai seorang yang berperawakan khas Afrika yakni tinggi, besar dan hitam. Dia menjadi budak dari keluarga bani Abduddar. Kemudian saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang yang menjadi tokoh penting kaum kafir.
Bilal termasuk orang yang teguh dengan pendiriannya. Ketika Rasulullah Saw mulai menyampaikan risalahnya kepada penduduk Mekah, beliau telah lebih dahulu mendengar seruan Rasulullah saw yang membawa agama Islam, yang menyeru untuk beribadah kepada Allah yang Esa, dan meninggalkan berhala, menggalakkan persamaan antara sesama manusia, memerintahkan kepada akhlak yang mulia, sebagaimana beliau juga selalu mengikuti pembicaraan para pemuka Quraisy seputar Nabi Muhammad saw.

Kisah Abdullah bin Ummi Maktum

Masih ingat dengan seorang sahabat Nabi yang tak dapat melihat? Yang karenanya Allah lalu menegur Nabi dan menurunkan surat “A’basa”
  1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
  2. karena telah datang seorang buta kepadanya.
  3. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
  4. atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
  5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
  6. Maka kamu melayaninya.
  7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman).
  8. dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
  9. sedang ia takut kepada (Allah),
  10. Maka kamu mengabaikannya.
  11. sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,Walaupun harus meraba-raba, untuk ke masjid

Kisah Khalifah Abu Bakar As Siddiq


Abu Bakar As Siddiq ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Rasulullah Saw menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Abu Bakar As Siddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah (Usman) bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi saw kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam. Dan ibunya, Ummul-Khair, sebenarnya bernama Salma binti Sakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Nabi Muhammad Saw juga memberinya gelar As Siddiq (artinya 'yang berkata benar'), sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar as-Siddiq. Abu Bakar As Siddiq tumbuh dan besar di Mekah dan tidak pernah keluar dari Mekah kecuali untuk tujuan dagang dan bisnis. Beliau memiliki harta kekayaan yang sangat banyak dan kepribadian yang sangat menarik, memiliki kebaikan yang sangat banyak, dan sering melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Dughunnah, sesungguhnya engkau selalu menyambung tali kasih dan keluarga, bicaramu selalu benar, dan kau menanggung banyak kesulitan, kau bantu orang-orang yang menderita dan kau hormati tamu.

Kisah Abdurahaman bin Auf


Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan yang mula-mula masuk Islam, termasuk kelompok sepuluh yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah masuk surga, termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah (sebagai formatur) dalam pemilihan khalifah sesudah Umar bin Khatab,  dan seorang mufti yang dipercayai Rasulullah saw untuk berfatwa di Madinah selagi beliau masih hidup di tengah-tengah masyarakat kaum muslimin. Namanya pada masa jahiliah adalah Abdul Amar keturunan Bani Zuhrah, lahir tahun 580 M dan setelah masuk Islam Rasulullah saw memanggilnya Abdurrahman bin Auf.  Abdurrahman bin Auf masuk Islam sebelum Rasulullah saw masuk ke rumah Al-Arqam, yaitu dua hari sesudah Abu Bakar ash Shidiq masuk Islam. Sama halnya dengan kelompok kaum muslimin yang pertama-tama masuk Islam, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy, tetapi dia sabar dan tetap sabar. Pendiriannya teguh dan senantiasa teguh. Dia menghindari dari kekejaman kaum Quraisy, tetapi selalu setia dan patuh membenarkan risalah Nabi Muhammad saw. Kemudian dia turut pindah (hijrah) ke Habasyah bersama-sama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan kaum Quraisy yang senantiasa menerornya.

Kamis, 25 Juli 2013

KONDISI KAUM MUSLIMIN

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”.(QS. Ali Imran: 104)
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hubungan manusia dengan  manusia lainnya. Sehingga individu di pandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Tak ada satupun agama atau ideologi lain yang memiliki aturan semacam ini apalagi menandinginya. Oleh sebab itu Islam mewajibkan setiap pemeluknya untuk bertanggung jawab terhadap saudaranya dan segenap umat manusia pada setiap waktu dan keadaan. Sama sekali tidak ada tempat bagi orang yang egois atau individualitas. Rasulullah saw bersabda :
“Siapa saja yang bangun dipagi hari, dan barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka”.
            Apabila secara jernih kita melihat kaum muslimin di seluruh dunia saat ini. Maka akan kita dapati ternyata setelah Daulah Khilafah runtuh pada tahun 1924 kaum Muslimin berada dalam keterpurukan di berbagai bidang kehidupan. Mulai dari tepecah belahnya kaum Muslimin oleh sekat-sekat Nasionalisme, terancamnya aqidah kaum Muslimin oleh serangan kaum misionaris agama Kristen, ditetapkan sistem kufur Demokrasi dalam kancah kehidupan , pola hidup barat yang sudah mengakar, sehingga tidak ada satupun negeri kaum muslimin yang menerapkan Islam sebagai sebuah ideologi. Semua ini bepangkal pada rendahnya taraf bepikir kaum Muslimin yang teramat parah. Sungguh tidak cukup dengan mengelus  dada atau mengeluarkan air ata, menyaksikan realitas buruk yang terjadi di depan mata. Karean bagaimana  mungkin seseorang dapat tegak bediri di hadapan Allah SWT apabila ditanya tentang keterdiamannya ketiak hukum-hukum Alloh dicampakkan , ketika Islamtidak dijadikan sebagai pemutus perkara di tengah-tengah kehidupan. Umat membutuhkan orang-orang yang mau dan mampu membawa uamt kembali menuju kemuliaan dan ketinggiannya dengan jalan meningkatkan taraf bepikir umat dengan pemikiran Islam. Sehingga bukan mustahil masa kejayaan Islam seprti pada masa Rasulullah SAW, para sahabat, Khulafaur Rasyidin dan para dan para KeKhilafahan sesudahnya akan teulang kembali.
            Oleh sebab itu , orang yang memiliki rasa tanggung jawab dan peduli terhadap diri, keluarga, dan umatnya serta mengharapkan keridahan Rabbnya, akan berusaha sekuat tenaga melakuakn perubahan ke arah Islam. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT mensyariatkan aktivitas yang di kenal dengan DAKWAH.

Rabu, 24 Juli 2013

DAKWAH RASULULLAH SAW

  1. قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي Ayat ini menunjukkan bahwa jalan Rasulullah saw telah benar-benar tegas dan nyata. Masalahnya tinggal, apakah kita hendak mengikuti jalan beliau saw atau tidak. "Katakanlah, 'Inilah jalan (dakwah)-ku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada (ag.ama) Allah dengan hujjah (bukti) yang nyata.." (TQS. Yusuf [12]: 108).
  2. KARAKTER DAKWAH RASULULLAH Pemikiran ( fikriyah ) Politis ( siyâsiyah ) Tanpa Kekerasan ( lâ mâaddiyah ).Rasulullah saw tidak menggunakan kekerasan apapun sejak diutus sebagai Rasul di Makkah hingga mendapatkkan kekuasaan di Madinah. Beliau saw membatasi diri pada pergolakan pemikiran ( shirâ'ul fikriy ) dan perjuangan politik ( kifâh siyâsiy ).
  3. MEMBANGUN MASYARAKAT ISLAM TANPA KEKERASAN Transformasi Masyarakat Lewat Pemikiran Islam Transformasi Masyarakat Lewat Aktivitas Politik MenapakiKekuasaan Melalui Thalabun Nushrah.
  4. MEMBANGUN MASYARAKAT ISLAM TANPA KEKERASAN Transformasi Masyarakat Lewat Pemikiran Islam Transformasi Masyarakat Lewat Aktivitas Politik MenapakiKekuasaan Melalui Thalabun Nushrah.
  5. MELAKUKAN PERUBAHAN PEMIKIRAN YANG BERTOLOK UKUR ISLAMI 1 إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ حَصَبُ جَهَنَّم أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُون َ Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan neraka jahannam (TQS. Al Anbiya[21]:98). وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apapbila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi (TQS. Al Muthaffifin[83]:1 - 3).
  6. TRANSFORMASI MASYARAKAT LEWAT AKTIVITAS POLITIK Mendidik masyarakat dengan tsaqofah Islam supaya mereka dapat menyatu dengan Islam, agar mereka terbebas dari akidah yang rusak, pemikiran yang salah, dan dari pemahaman yang keliru serta pengaruh ide-ide dan pandangan kufur Pergolakan pemikiran yang nampak dalam penentangannya terhadap pemikiran dan sistem kufur, pemikiran yang keliru, akidah yang rusak, dan pemahaman yang sesat dengan cara menjelaskan kerusakannya, menunjukkan kekeliruannya serta menjelaskan hukum Islam dalam masalah tersebut. Penentangan terhadap penguasa yang menerapkan hukum kufur dan membongkar makar mereka.
  7. MENAPAKI KEKUASAAN MELALUI THALABUN NUSHRAH Hendaknya thalabun nushrah diminta dari sebuah jamaah, baik diminta dari jamaahnya secara langsung atau dari individu yang merupakan representasi dari jamaah tersebut. Hendaknya jamaah/kelompok tersebut diduga kuat memiliki kemampuan untuk menolong dan melindungi dakwah.