Lelaki penghuni surga di antara dua pilihan, iman dan
kasih sayang. Malam telah larut, ketika seorang pemuda bernama Sa’ad bin
Abi Waqqash terbangun dari tidurnya. Baru saja ia bermimpi yang sangat
mencemaskan. Ia merasa terbenam dalam kegelapan, kerongkongannya terasa sesak,
nafasnya terengah-engah, keringatnya bercucuran, keadaan sekelilingnya
gelap-gulita. Dalam keadaan yang demikian dahsyat itu, tiba-tiba dia melihat
seberkas cahaya dari langit yang terang-benderang. Maka dalam sekejap,
berubahlah dunia yang gelap-gulita menjadi terang benderang dengan cahaya tadi.
Cahaya itu menyinari seluruh rumah penjuru bumi. Bersamaan dengan sinar yang
cemerlang itu, Sa’ad bin Abi Waqqash melihat beberapa orang lelaki, yang setelah
diamati tidak lain adalah Ali bin Abu Thalib dan Zaid bin Haritsah.
Sejak ia bermimpi yang demikian itu, mata Sa'ad bin
Abi Waqqash tidak mau terpejam lagi. Kini Sa’ad bin Abi Waqqash duduk merenung
untuk memikirkan arti mimpi yang baginya sangat aneh. Sampai sinar matahari
mulai meninggi, rahasia mimpi yang aneh tersebut masih belum terjawab. Hatinya
kini bertanya-tanya, berita apakah gerangan yang hendak saya peroleh. Seperti
biasa, di waktu pagi, Sa’ad dan ibunya selalu makan bersama-sama. Dalam
menghadapi hidangan pagi ini, Sa’ad lebih banyak berdiam diri.